Rabu, 06 Januari 2010

A.Pengertian Motivasi Belajar

Perkataan motivasi adalah berasal daripada perkataan Bahasa Inggris “MOTIVATION“. Perkataan asalnya ialah “MOTIVE” yang juga telah dipinjam oleh Bahasa Melayu / Bahasa Malaysia kepada motif, yakni bermaksud tujuan. Di dalam surat khabar, kerap pemberita menulis ayat “motif pembunuhan”. Perkataan motif di sini boleh kita fahami sebagai sebab atau tujuan yang mendorong sesuatu pembunuhan itu dilakukan. Motivasi dapat didefinisikan sebagai berikut:
• Motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan. Motivasi membuat keadaan dalam diri individu muncul, terarah, dan mempertahankan perilaku,
• Motivasi adalah daya pendorong dari keinginan kita agar terwujud. Motivasi adalah sebuah energi pendorong yang berasal dari dalam kita sendiri.
• Motivasi adalah daya pendorong dari keinginan kita agar terwujud. Energi pendorong dari dalam agar apapun yang kita inginkan dapat terwujud. Motivasi erat sekali hubungannya dengan keinginan dan ambisi, bila salah satunya tidak ada, motivasi pun tidak akan timbul.
• Motivasi adalah sejumlah proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu, baik yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi

A. Pengertian motivasi menurut Para ahli
1. Huitt, W. (2001) mengatakan motivasi adalah suatu kondisi atau status internal (kadang-kadang diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat) yang mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan. Jadi ada tiga kata kunci tentang pengertian motivasi menurut Huitt, yaitu:
1. kondisi atau status internal itu mengaktifkan dan memberi arah pada perilaku seseorang
2. keinginan yang memberi tenaga dan mengarahkan perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan
3. Tingkat kebutuhan dan keinginan akan berpengaruh terhadap intensitas perilaku seseorang.
2. Thursan Hakim (2000 : 26) mengemukakan pengertian motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam belajar, tingkat ketekunan siswa sangat ditentukan oleh adanya motif dan kuat lemahnya motivasi belajar yang ditimbulkan motif tersebut
3. Sudarwan Danim (2004 : 2) motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya.
4. Kartini Kartono motivasi menjadi dorongan (driving force) terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu.
5. Wexley & Yukl (dalam As’ad, 1987) motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif.
6. Mitchell (dalam Winardi, 2002) motivasi mewakili proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu.
7. Gray (dalam Winardi, 2002) motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.
8. Morgan (dalam Soemanto, 1987) mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior), dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut (goals or ends of such behavior).
9. McDonald (dalam Soemanto, 1987) mendefinisikan motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi mencapai tujuan.
10. Badal Awan (1991) mendefinisikan motivasi sebagai suatu bentuk dorongan dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut memiliki hasrat untuk melakukuan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan.
11. Suprihanto dkk, (2003).Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula.
12. Soemanto (1987) secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi tingkahlaku mencapai tujuan,telah terjadi di dalam diri seseorang.
13. Drs. Moh. Uzer Usman (2000) Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan / tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan / keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan.
14. Davies, Ivor K (1986)Motivasi adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri kita yang mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas
15. Prof. Drs. Nasution (1995) Motivasi adalah usaha – usaha untuk menyediakan kondisi – kondisi sehingga anak itu mau melakukan sesuatu.
Jadi, ringkasnya, oleh kerana perkataan motivasi adalah bermaksud sebab, tujuan atau pendorong, maka tujuan seseorang itulah sebenarnya yang menjadi penggerak utama baginya berusaha keras mencapai atau mendapat apa juga yang diinginkannya sama ada secara negatif atau positif.

B. jenis- jenis motivasi belajar
Motivasi ada dua jenis, yaitu:
1. Motvasi Intristik
Motivasi yang berasal dari dalam diri siswa/orang itu sendiri. Adapun yang termasuk motivasi intrinsik adalah sebagai berikut:
1. perasaan ingin tahu tentang sesuatu, seperti keinginan untuk mengetahui isi suatu buku yang menyebabkan yang bersangkutan membaca, keinginan untuk mengetahui informasi menyebabkan seseorang bertanya, dan lain – lain sebagainya
2. berbagai jenis ambisi pribadi seperti, ingin menjadi ketua dalam sebuah organisasi, maka dia akan berusaha untuk menarik simpati calon pemilihnya,
3. berbagai jenis kondisi belajarinternal yang dimiliki individu, seperti:
• kematangan belajar,
• belajar untuk belajar,
• kemampuan belajar,
• kumpulan persepsi dan pengertian dasar
contoh, seseorang yang berhasil menjadi juara pada suatu olimpiade sebelumnya, akan termotivasi untuk melanjutkan prestasinya, saat akan diadakan olimpiade berikut.

2. Motivasi Entristik
Motivasi merupakan dorongan yang ada pada diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Namun dorongan tersebut datang dari luar individu yang bersangkutan. Jadi orang itu dirangsang dari luar.
Motivasi seperti ini perlu diterapkan oleh sekolah karena dalam interaksi belajar mengajar siswa kadang sering tidak menaruh minat dan perhatian terhadap suatu kegiatan yang sedang berlangsung. Oleh sebab itu di dalam kegiatan interaksi belajar, guru dalam hal ini memegang peranan sangat penting dalam upaya menumbuhkan serta meningkatkan motivasi ekstrinsik siswa secara menyeluruh. Dengan demikian siswa akan lebih aktif berperan serta berpartisipasi positif di dalam kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Mengingat motivasi ekstrinsik ini terjadi karena rangsangan dan pengaruh dari luar diri siswa. Maka guru selayaknya untuk selalu memanfaatkan media dan model pembelajaran yang bervariasi dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian jelas siswa akan lebih tumbuh serta berkembang dalam upayanya mencapai tujuan pembelajaran. Tanpa dibarengi usaha guru yang keras, maka kegiatan belajar mengajar hanya berlangsung jika guru selalu tatap muka, selebihnya siswa akan selalu bersikap pasif. Ada beberapa jenis motivasi ekstrinsik antara lain:

a. berbagai jenis kondisi belajar ekstern, seperti:
1.penguatan(reinforcement)
Kita mengenal berbagai jenis penguatan diantaranya penghargaan, pujian, hukuman, hadiah. Dalam rangka proses belajar dan mengajar di sekolah, penguatan ini dapat diberikan sebelum atau sesudah,kegiatan berlangsung.contoh,sebelum belajar gurumenjanjikan hadiah bagi murid yang memperoleh prestasi tinggi.
2.kontiguitas
Kontinuitas berarti pristiwa belajar yang terjadi secara hampir serentak antara stimulus dan respon. Misalnya guru memperlihatkan sebatang pensil(sebagai ransangan) dan murid-murid secara serempak menyebut kata pensil(sebagai respon).
3.latihan
Yang dimaksud dengan latihan dalam hal ini adalah mengulang respon (jawaban) saat ada stimulus (rangsangan). Hal ini dilakukan dengan maksud agar apa yang dilakukan itu dapat lebih dimengerti dan lebih mudah diingat saat ingin digali kembali.

b. persiapan untuk menerima informasi baru atau menerima pelajaran
Mengajar pada hakikatnya bukan hanya berarti bahwa guru memberikan pelajaran atau penyampaian kepada siswa tetapi juga menciptakan kondisi yang memungkinkan murid-murid untuk belajar. Adapun hal tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
 diusahakan adanya gairah dan iklim yang memungkinkan siswa atau kelompok untuk berinisiatif dan segera mulai bekerja.
 membantu siswa untuk mengemukakan dan memperjelas tujuan-tujuan yang ingin di capai
 memberikan kebebasan yang wajar bagi setiap siswa untuk mencapai tujuan-tujuannya.
 mengorganisir sebaik-baiknya sumber-sumber belajar agar sesuaidan bermanfaat bagi siswa.
 mengusahakan adanya kesessuaian atau hubungan antaraapa yang dipelajari dengan kebutuhan siswa disamping itu jangan mengubah kebulatan (integrasi) siswa
 menyiapkan tugas-tugas yang menentang,
 menimbulkan situasi persaingan yang sehat,antar murid,
 menilai kebersihan siswa dalam belajar
 mengontrol disiplin kelas, dan sebagainya.
Bentuk lain dari motivasi ada 2 yaitu motivasi primer dan motivasi sekunder;
a. Motivasi primer
adalah motivasi yang di dasarkan pada motif-motif dasar, motif-motif dasar ini umumnya berasal dari segi biologis dan jasmani manusia. Manusia adalah makhluk berjasmani, sehangga perilakunya terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya. Insting ini mempunyai 4 ciri:
1. Tekanan
2. Sasaran
3. Objek
4. Sumber
b. Motivasi sekunder
Adalah motivasi yang dipelajari. Hal ini berbeda dengan motivasi primer. Motivasi ini memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. THOMAS DAN ZNANIFCKI menggolongkan motivasi sekunder menjadi keinginan-keinginan:
1. Memperoleh pengalaman baru.
2. Mendapatkan respon.
3. Memperoleh pengakuan.
4. Memperoleh rasa aman
MC. LELAN menggolongkannya menjadi kebutuhan-kebutuhan untuk:
1. Berprestasi.
2. Memperoleh kasih sayang.
3. Memperoleh kekuasaan.
Perilaku motivasi sekunder juga terpengaruh oleh adanya sikap, yaitu suatu motif yang dipelajari. Ciri-ciri sikap tersebut adalah:
1. Merupakan kecendrungan berfikir, merasa kemudian bertindak.
2. Memiliki daya dorong nertindak.
3. Relatif bersifat tetap.
4. Kecenderungan melakukan penilaian.
5. Dapat timbul dari pengalaman

C.Tehnik-Tehnik Motivasi dalam Proses Pembelajaran
Tehnik-tehnik motivasi dalam proses pembelajaran menurut Wina Senjaya dan .Dr. M. Sobry Sutikno adalah sebagai berikut:
A. wina senjaya
Dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa beberapa tehnik yang dapat dijadikan sebagai petunjuk umum bagi guru adalah sebagai berikut:
1. Perjelaslah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar. Setelah siswa mengerti tujuan pembelajaran, hal tersebut dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, akan semakin kuat motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu, sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya guru menjelaskan terlebih dulu tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini, para siswa pun seyogyanya dapat dilibatkan untuk bersama-sama merumuskan tujuan belajar beserta cara mencapainya.
2. Bangkitkan minat siswa
Siswa akan terdorong untuk belajar tatkala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar. Beberapa cara dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa, diantaranya :
• Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa. Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna untuk kehidupannya. Dengan demikian guru perlu menjelaskan keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan siswa.
• Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit untuk dipelajari atau materi pelajaran yang jauh dari pengalaman siswa, akan tidak diminati oleh siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit tidak akan dapat diikuti dengan baik, yang dapat menimbulkan siswa akan gagal mencapai hasil yang optimal; dan kegagalan itu dapat membunuh minat siswa untuk belajar. Biasanya minat siswa akan tumbuh kalau ia mendapatkan kesuksesan dalam belajar.
• Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi, misalnya diskusi, kerja kelompok, eksperimen, demonstrasi, dan lain-lain.
• Munculkan tokoh sukses pada mata pelajarannya yang akan memberikan motivasi dan inspirasi bagi siswa. Misalnya kesuksesan Al Khawarizmi dalam matematika yang menemukan angka nol, Einstein dalam pembelajaran fisika, WS Rendra dalam pembelajaran bahasa Indoensia, dan lain-lain.
3. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
Siswa hanya mungkin dapat belajar dengan baik ketika ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari rasa takut. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-sekali dapat melakukan hal-hal yang lucu. Guru dapat menyelipkan humor segar yang tetap memelihara etika dan edukatif. Guru dapat membuat game-game ringan.
4. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa
Motivasi akan tumbuh saat siswa merasa dihargai. Memberikan pujian yang wajar adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan. Pujian tidak selamanya harus dengan kata-kata. Pujian sebagai penghargaan dapat dilakukan dengan isyarat, misalnya senyuman dan anggukan yang wajar, atau mungkin dengan tatapan mata yang meyakinkan. Pujian juga dapat melibatkan siswa-siswa lainnya, misalnya, ”Mari anak-anak kita katakan ’good good good’ sambil mengacungkan ibu jari kita bersama-sama buat Ahmad yang pandai menjawab soal dari Ibu.”
5. Berikan penilaian
Masih banyak fakta bahwa siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan segera agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan secara objektif sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing.
6. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa
Salah satu kebutuhan asasi siswa adalah pengakuan atau penghargaa. Segera berikan kepada siswa yang berhasil. Penghargaan bisa dilakukan dengan memberikan komentar positif. Setelah siswa selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya, misalnya dengan memberikan tulisan “bagus” atau “teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya. Komentar yang positif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
7. Ciptakan persaingan dan kerja sama
Persaingan yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. Melalui persaingan siswa dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik. Oleh sebab itu, guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bersaing baik antara kelompok maupun antarindividu. Namun demikian, diakui persaingan tidak selamanya menguntungkan, terutama untuk siswa yang memang dirasakan tidak mampu untuk bersaing, Oleh sebab itu, pendekatan cooperative learning dapat dipertimbangkan untuk menciptakan persaingan antarkelompok
B. Dr. M. Sobry Sutikno
Beberapa strategi yang dapat dikembangkan oleh guru dalam upaya untuk menumbuhkan dan membangkitkan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran, berikut ini:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke siswa. Pada permulaan pembelajaran seharusnya terlebih dahulu guru men-jelaskan mengenai tujuan pembelajaran khusus yang akan dicapai oleh siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2. Hadiah. Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi. Ada bermacam-macam hadiah, yaitu ada yang berbentuk simbul, penghargaan, kegiatan, dan benda. Salah satu contoh penghargaan adalah memberikan applause kepada siswa setiap selesai beraktivitas, misalnya setelah siswa melaksanakan kegiatan bermain peran, simulasi, komunikasi interaktif ataupun ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru ataupun per-tanyaan teman dalam diskusi, dan lain-lain.
3. Saingan/kompetisi. Guru berusaha mengadakan per-saingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5. Hukuman. Hukuman bukan alat untuk menakut-nakuti anak, tetapi untuk merubah cara berpikir anak. Bahwa setiap pekerjaan (baik atau buruk) memiliki konsekuensi. Hukuman terjadi apabila konsekwensi yang tidak menyenangkan menyertai perilaku tertentu. Misalnya, bila ada seorang siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, maka guru dapat memberikan hukuman kepadanya, namun hukuman ini hanya sebagai konsekwensi tidak diselesaikannya tugas tersebut. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6. Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke siswa.
7. Memberikan angka. Angka merupakan simbol prestasi yang diperoleh siswa. Beri penjelasan pada anak bahwa prestasi belajar dapat terpresentasikan dalam simbol angka.
8. Pada saat menyampaikan materi pelajaran, upayakan untuk menyelipi dengan humor dan atau cerita-cerita lucu.
9. Membantu kesulitan belajar siswa secara individual maupun kelompok.
10. Menggunakan metode yang bervariasi.
11. Menggunakan media yang baik, serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tiap siswa memiliki ke-mampuan indera yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicara. Ada yang lebih senang membaca, dan sebaliknya. Dengan variasi penggunaan media, ke-lemahan indera yang dimiliki tiap siswa dapat dikurangi. Untuk menarik perhatian anak misalnya, guru dapat memulai dengan berbicara lebih dulu, kemudian menulis di papan tulis, dilanjutkan dengan melihat contoh konkrit. Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulus terhadap indera siswa.
D.Peranan Guru dalam Motivasi Belajar Siswa
Peranan guru dalam mativasi belajar siswa adalah sebagai motivator. Sebenarnya menjadi seorang motivator bagi siswa-siswi di sekolah bukanlah hal yang sulit. Namun hal ini juga bukan berarti hal yang mudah untuk dilakukan. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru, yaitu:

1. Mengenal setiap siswa yang diajarnya secara pribadi
Dengan mengenal setiap siswa secara pribadi maka guru akan mampu memperlakukan setiap siswa secara tepat. Dengan demikian, maka upaya peningkatan motif belajar siswa dapat dilakukannya secara tepat pula.
2. memperlihatkan interaksi yang menyenangkan
Interaksi yang menyenangkan ini akan menimbulkan suasan aman dalam kelas. Para siswa bebas dari ketakutan akan melakukan perbuatan yang “tidak berkenaan” bagi gurunya. Interaksi yang menyenangkan ini dapat membuat suasana sehat dalam kelas.
3. Menguasai berbagai metode dan teknik mengajar dan menggunakan secara tepat
Penguasaan berbagai metode dan teknik mengajar dan penerapannya secara tepat membuat guru mampu mengubah-ubah cara mengajarnya sesuai dengan suasana kelas.
4. Menjaga suasana kelas supaya para siswa terhindar dari konflik dan frustrasi
Suasana konflik dan frustrasi di kelas menimbulkan gairah belajar siswa menurun. Perhatian tidak lagi terhadap kegiatan belajar, melainkan kepada upaya menghilangkan konflik dan frustrasi itu. Energi mereka habis untuk memecahkan konflik dan frustrasi, sehingga mereka tidak dapat belajar.
5. Memperlakukan siswa sesuai dengan keadaan dan kemampuan
Sebagai kelanjutan dari pemahaman siswa secara pribadi, guru dapat memperlakukan setiap siswa secara tepat sesuai dengan hal-hal yang diketahuinya dari setiap siswa itu.
6. Lakukan yang terbaik
Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kuncinya adalah belajarlah mencintai apa yang anda lakukan maka Anda akan merasakan hasilnya.
7. Jadilah teladan bagi lingkungan
Teladan yang baik merupakan bukti bahwa seseorang mampu menjadi motivator bagi dirinya. Karena itu merupakan syarat utama sebagai seorang motivator. Contohnya; seorang guru perokok tidak mungkin menjadi seorang motivator bagi siswasiswinya agar tidak merokok
8. Jadikanlah siswa sebagai subyek
Dengan menjadikan seorang siswa sebagai subjek pendidikan, maka kita memberikan kesempatan pada mereka untuk menjadi manusia yang kritis dalam berpikir serta menyampaikan pendapatnya secara demokratis tanpa meninggalkan norma-norma yang ada. Menjadikan siswa sebagai subyek dapat kita lakukan dengan cara menjadi pelindung, orang tua atau bahkan seorang sahabat yang memiliki rasa empati bagi mereka (khususnya untuk anak-anak remaja) di saat mereka membutuhkan tempat untuk mencurahkan isi hati mereka.
9. Memiliki wawasan yang luas
Seorang motivator tidak akan menjadi motivator yang baik bila tidak memiliki wawasan yang luas mengenai berbagai bidang.
Dampak yang timbul bila guru menjalankan perannya sebagai motivator antara lain adalah;
a. Timbulnya keinginan pada siswa untuk lebih menekuni materi yang dihadapinya. Hal ini akan sangat berpengaruh dengan prestasi akademik
siswa.
b. Adanya keinginan yang kuat dalam diri siswa untuk pergi ke sekolah, contohnya; siswa tidak perlu lagi dipaksa untuk pergi ke sekolah. Mereka menikmati acara belajar mereka yang berlangsung di sekolah sehingga tidak ada lagi dalam pikiran mereka untuk membolos.
c. Rasa memiliki sekolah akan timbul bila siswa merasa bahwa sekolahnya adalah suatu tempat yang menyenangkan. Hal ini juga mempengaruhi nama baik sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar